GADO-GADO

Blog ini merupakan potret kehidupan saya yang seperti gado-gado. Semuanya bercampur aduk jadi satu disini dengan berbagai gaya bahasa, berbagai cara penulisan, dan berbagai macam hal. Disini terdapat segala hal yang saya pikirkan, saya lihat, saya dengar dan saya rasa. Maklumlah masih blogger pemula jadi ya masih gak karuan, but I like to learn by doing.
segala macam kritik dan saran pun saya terima dengan senang hati.
Terimakasih atas kunjungan anda.^^

Rabu, 10 Agustus 2011

Hidup Adalah Pilihan



Anda tau kerang?Ya, Kerang (Anadara sp) adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). Tetapi disini saya tidak akan membicarakan kerang sebagai heawan moluska. Disini saya ingin berbagi makna hidup yang di ambil dari kisah kerang.Seperti yang kita tahu bahwa kerang bisa menghsilkan mutiara dari butir pasir yang masuk ke tubuh kerang tersebut. Butir pasir yang yang masuk ke tubuh kerang sangat menyakitkan bagi tubuh kerang, sehingga untuk mengurangi rasa sakit itu, butir pasir yang masuk diselimuti lendir yang lama kelamaan berubah menjadi mutiara.Ketika kerang-kerang diambil oleh manusia, kerang-kerang tersebut akan dipisahkan antara kerang yang mengandung pasir dan tidak. Kerang yang tidak mengandung pasir akan dijual secara obral yang berujung menjadi kerang rebus atau hidangan yang lain, tetapi kerang yang mengandung pasir bisa terjual dengan harga 10kali lipat bahkan lebih dari harga kerang yang tidak mengandung pasir, karena kerang yang mengandung pasir akan menjadi kerang mutiara.jika anda adalah kerang, kerang manakah yang anda pilih? kerang rebus atau kerang mutiara?tentu anda akan memilih menjadi kerang mutiara. Tetapi untuk menjadi kerang mutiara tidaklah gampang, anda harus bisa membungkus pasir yang menyakitkan menjadi mutiara. Hidup adalah pilihan kawan. Jalan mana yang anda pilih, itulah yang masa depan anda. Semampret...!! ^^

*terinspirasi dari jamil azzaini, seorang social enterpreneur

Rabu, 03 Agustus 2011

Sarana Dakwah

PENDAHULUAN

Dakwah merupakan rangkaian aktifitas yang sangat berhubungan dengan sebuah nilai yang diyakini kebenarannya oleh seseorang atau sekelompok orang yang kemudian diteruskan dengan adanya aktifitas untuk menyampaikannya kepada orang lain agar sebisa mungkin diiyakan atau orang lain berbuat sama seperti yang dikehendakinya. Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknlogi komunikasi yang semakin canggih, memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan itu. Artinya dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan sarana komunikasi sesuai dengan aneka mad’u (komunikan) yang dihadapi.

Laju perkembangan zaman berpacu dengan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tidak terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu sarana yang menghubungkan suatu masyarakat dengan masyarakat di bumi lain. Kecanggihan teknologi komunikasi ikut mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia termasuk di dalamnya kegiatan dakwah sebagai salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahauan. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses dakwah bisa terjadi dengan menggunakan berbagai sarana dakwah, karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat memungkinkan hal itu. Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak positif sebab dengan demikian pesan dakwah dapat menyebar sangat cepat dengan jangkauan dan tempat yang sangat luas pula.



PEMBAHASAN

a. Pengertian
Secara etimologis sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan (Depdikbud, 1990: 784). Sarana juga bisa diartikan sebagai perantara untuk menyebar ide, sehingga ide tersebut bisa sampai kepada penerima.

Wasilah (sarana) untuk merealisasi sasaran-sasaran tersebut telah disebutkan oleh ustadz Hasan al-Banna rahimahullah: "Sarana kita dalam mengokohkan da'wah, dapat diketahui secara jelas, dan dapat dibaca oleh semua orang yang ingin mengetahui sejarah jama'ah. Ringkasan semua itu ada pada dua kalimat yakni: Iman dan amal, cinta dan persaudaraan (Ukhuwah). Dalam kesempatan lain, Ustadz al-juga mengatakan: "Sarana-sarana umum bagi da'wah tidak berubah, tidak berganti dan tidak lain dari aspek iman yang dalam (Imaan 'amiiq), pembentukan yang cermat (takwiin daqiiq), dan amal yang berkesinambungan (amal mutawashil)". Selain itu, juga menyebutkan bahwa rukun-rukun sarana dalam da'wah ada tiga: Manhaj yang benar (minhaj shahih), orang mu'min yang beramal (mu'minun 'amilun), dan pemimpin yang tangguh dan dipercaya (qiyadah hazimah mautsuq biha).

b. Urgensi Sarana Dakwah
Dakwah sebagai suatu kegiatan komunikasi keagamaan dihadapkan kepada perkembangan dan kemajuan teknlogi komunikasi yang semakin canggih, memerlukan suatu adaptasi terhadap kemajuan itu. Artinya dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan sarana komunikasi sesuai dengan aneka mad’u (komunikan) yang dihadapi (M. Bahri Ghazali, 1997: 33).

Dalam suatu proses dakwah, seorang juru dakwah (da’i) dapat menggunakan berbagai sarana. Salah satu unsur keberhasilan dalam berdakwah adalah kepandaian seorang da’i dalam memilih dan menggunakan sarana yang ada (Adi Ssasono, Didin Hafiudin, A.M. Saefuddin et. all., 1998: 154).

Untuk mencapai sasaran dakwah da’i dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa sarana, bergantung pada tujuan yang ingin dicapai, pesan yang disampaiakn dan teknik yang dipergunakan. Mana yang terbaik dari sekian banyak sarana itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan (Onong Uchjana Effendy, 2000: 37).

Dalam arus modernisasi ini, para da’i harus mampu menyesuaikan diri dengan mempergunakan serta memanfaatkan sarana itu. Di negara-negara barat dan di negara-negara maju, banyak dijumpai penggunaan media ini dalam misi relegius yang diselenggarakan oleh perkumpulan keagamaan, baik melalui media cetak maupun elektronik (Djamalul Abidin, 1996: 122).

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa kepentingan dakwah terhadap adanya sarana yang tepat dalam berdakwah sangat urgen sekali, sehingga dapat dikatakan dengan sarana dakwah akan lebih mudah diterima oleh komunikan (mad’unya).

Pemanfaatan sarana dalam kegiatan dakwah mengakibatkan komunikasi antara da’i atau sasaran dakwahnya akan lebih dekat dan mudah diteima. Oleh karena itu aspek dakwah sangat erat kaitannya dengan kondisi sasaran dawah, artinya keragaman sarana dakwah harus sesuai dengan apa yang dibentuk oleh sasaran dakwah. Begitu pula sarana dakwah ini juga memerlukan kesesuian dengan bakat dan kemampuan da’inya, artinya penerapan media harus didukung oleh potensi da’i sebab sarana atau media dakwah pada dasarnya sebagai penyampaian pesan-pesan dakwah terhadap mad’unya.

c. Macam-macam Sarana Dakwah
Said bin Ali Al-Qahthani membagi sarana penunjang keberhasilan dakwah kepada dua bagian, yaitu:
1. Sarana tidak lansung, berupa persiapan-persiapan yang harus dilakukan seorang da’i sebelum melaksanakan tugas, seperti penguasaan materi dakwah, kesehatan dll.
2. Sarana lansung
Kedua point ini dapat direalisasikan melalui berbagai media, yaitu:
a. Melalui media diskusi kelompok, seminar-seminar yang lazim digunakan mahasiswa atau pelajar bahkan masyarakat umum.
b. Melalui media perorangan (face-to face comunikation) atau nasehat lansung kepada seseorang.
c. Melalui media buku-buku bacaan, brosur-brosur keagamaan, majallah dan surat kabar harian.
d. Melalui media elektronik seperti: TV, Radio, Film, Internet, dan sebagainya (Said bin Ali al-Qahthani, 1994: 102-104).


Bila dakwah dilihat sebagai salah satu tipe komunikasi secara umum maka menurut M. Bahri Ghazaly, MA, ada beberapa jenis sarana komunikasi yang dapat digunakan dalam kegiatan dakwah yaitu melalui:
1. Media Visual
Media komunikasi visual merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan dengan menggunakan indra penglihatan dalam menangkap datanya. Jadi matalah yang paling berperan dalam pengembangan dakwah. Sarana komunikasi yang berwujud alat yang menggunakan penglihatan sebagai pokok persoalannya terdiri dari jenis alat komunikasi yang sangat komplit. Bila medianya visual, maka sarana tersebut meliputi: film, slide, OHP, gambar, foto diam, komputer, grafik, poster, internet, media massa (majalah, koran, buletin, dll), buku,tulisan.
2. Media Auditif
Media auditif merupakan alat komunikasi yang berbentuk teknologi canggih yang berwujud hardware, media auditif dapat ditangkap melalui indra pendengaran. Perangkat auditif ini pada umumnya adalah alat-alat yang diopersioanalkan sebagai sarana penunjang kegiatan dakwah. Penyampaian materi dakwah melalui media auditif ini menyebabkan dapat terjangkaunya sasaran dakwah dalam jarak jauh. Alat-alat auditif ini sangat efektif untuk penyebaran informasi atau penyampaian kegiatan dakwah yang cenderung persuasif. Alat-alat ini meliputi; radio, tep recorder, telpon dan telegram.
3. Media Audio Visual
Media audio visual merupakan perangkat yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran maupun penglihatan. Apabila dibandingkan dengan media yang telah dikemukakan sebelumnya, ternyata media audiovisual lebih paripurna, sebab media ini dapat dimanfaatkan oleh semua golongan masyarakat. Termasuk dalam media audio visual, saranya berupa: film, TV, video (M. Bahri Ghazali, 1997: 34-44).





d. Rincian Sarana Dakwah yang Harus dimiliki Da’i
a. Menyebarkan da'wah melalui semua sarana sampai dapat dipahami oleh opini umum dan mereka dapat menjadi penolong da'wah didorong oleh aqidah dan iman.
b. Menyaring semua unsur-unsur baik untuk dijadikan pilar pendukung yang kokoh bagi fikrah ishlah (perbaikan).
c. Memperjuangkan perundang-undangan hingga suara dakwah islam dapat berkumandang secara formal dan legal di pemerintahan sekaligus mendukungnya dan menjadi kekuatan dalam pelaksanaanya.
d. Manhaj atau metode yang benar.
e. Kaum mukminin yang beramal dan aktivis muslim.
f. Kepemimpinan yang tangguh dan dapat dipercaya.


e. Fungsi dan Manfaat Sarana Dakwah
1. Mempermudah objek dakwah dalam memahami materi yang disampaikan.
2. Agar lebih mudah dimengerti.
3. Membuat dakwah menjadi menarik.
4. Sebagai sarana alternative rujukan yang akurat.
5. Membantu percepatan gerak dakwah islam.
6. Senjata melawan ghazwul fikri.
7. Menegakkan ubudiyah karena Allah dan menancapkan sendi-sendi tauhid di dalam jiwa manusia.
8. Mengingatkan kepada kebaikan.
9. Melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar sesuai dengan ketentuan syariat Islam dan manhaj nabawy.








KESIMPULAN
Setelah dijelaskan dalam pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sarana dan media merupakan dua hal yang serupa tapi tak sama. Media dakwah merupakan perantara penyampaian dakwah kepada mad’u, sedangkan sarana dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan dakwah tersebut. Misalnya terdapat dakwah di televisi dalam acara Mamah dan Aa’. Program Mamah dan Aa’ berperan sebagai media sedangkan televisi berperan sebagai sarana.

Ada berbagai macam sarana yang sering digunakan dalam penyampaian pesan dakwah baik pribadi maupun komunikasi secara umum. Namun yang perlu diketahui bahwa dengan aneka macam dan ragam sarana dakwah, kita dapat melihat, menerima, dan memilih berbagai macam pesan dakwah dalam Islam.

Pelaksanaan penyampaian pesan dakwah secara efektif yaitu dengan adanya aneka macam sarana, seorang komunikan (da’i) dapat memilih dan menggunakan sarana yang tepat dalam menyampaiakan pesan yang disampaiakan dan dengan sarana dakwah, komunikan dapat merasa dekat dengan khalayak.

Sarana dakwah mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan penggunaan sarana yang tepat materi dakwah dapat diterima dengan mudah oleh mad’u.










DAFTAR PUSTAKA
(Buku Ikhwanul Muslimin; Deskripsi, Jawaban Tuduhan, dan Harapan Oleh Syaikh Jasim Muhalhil)
http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/prospek-media-penyiaran-sebagai-wahana-dakwah-2/
Depdikbud. Arti Sarana secara etimologis.1990: 784.
(Adi Ssasono, Didin Hafiudin, A.M. Saefuddin et. all., 1998: 154).
M. Bahri Ghazali, MA. Tipe Komunikasi Sarana Dakwah.1997: 34-44.

Selasa, 02 Agustus 2011

Troubadour

William (Guilhem) of Poitou (1071-1127)

Joyous in love, I make my aim
forever deeper in Joy to be.
The perfect Joy's the goal for me:
so the most perfect lady I claim.
I've caught her eyes. All must exclaim:
the loveliest heard or seen is she.

You know I'd never base my fame
on brags. If ever we're to see
a flowering Joy, this Joy, burst free,
should bear such fruit no man can name,
lifting among the others a flame
that brightens in obscurity.

(tr. J. Lindsay)

The Zoo Job Story

One day a clown was visiting the zoo and attempted to earn some money by making a street performance. He acted and mimed perfectly some animal acts. As soon as he started to drive a crowd, a zoo keeper grabbed him and dragged him into his office. The zoo keeper explained to the clown that the zoo's most popular gorilla had died suddenly and the keeper was fear that attendance at the zoo would fall off. So he offered the clown a job to dress up as the gorilla until the zoo could get another one. The clown accepted this great opportunity.

So the next morning the clown put on the gorilla suit and entered the cage before the crowd came. He felt that it was a great job. He could sleep all he wanted, played and made fun of people and he drove bigger crowds than he ever did as a clown. He pretended the gorilla successfully.
However, eventually the crowds were tired of him for just swinging on tires. He began to notice that the people were paying more attention to the lion in the next cage. Not wanting to lose the attention of his audience, he decided to make a spectacular performance. He climbed to the top of his cage, crawled across a partition, and dangled from the top to the lion's cage. Of course, this made the lion furious, but the crowd people loved it.

At the end of the day the zoo keeper came and gave him a raise for being such a good attraction. Well, this went on for some time, he kept taunting the lion, the audience crowd grew a larger, and his salary kept going up. Then one terrible day happened. When he was dangling over the furious lion, he slipped and fell into the lion cage. The clown was really in big terrible situation. He was terrified.

Sooner the lion gathered itself and prepared to pounce. The clown was so scared. He could do nothing and he began to run round and round the cage with the lion close and closer behind. Finally, the lion could catch him. The clown started screaming and yelling, "Help me, help me!", but the lion was quick and pounces. The clown soon found himself flat on his back looking up at the angry lion and suddenly he heard a voice from the lion’s mouth;"Shut up you idiot! Do you want to get us both fired?".

Kusno Setiyo Utomo: MENJADI SEORANG JURNALIS ADALAH PANGGILAN JIWA


Sekilas wartawan senior ini terlihat kaku dan tidak banyak cakap. Namun saat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, beliau sangat menyenangkan dan jawaban-jawaban yang diberikan sangat inspiratif.

Kusno Setiyo Utomo adalah seorang wartawan senior yang sudah menggeluti dunia jurnalistik selama sepuluh tahun. Kini beliau adalah penulis halaman utama Koran Radar Jogja. Pria asal Surakarta ini sudah mencintai dunia tulis menulis sejak duduk di bangku SMA. Kecintaanya terhadap menulis inilah yang kemudian membawanya menjadi seorang jurnalis. Berawal dari mengikuti pelatihan-pelatihan jurnalistik, beliau mulai berani mencoba untuk menulis rubrik di media massa. Karena bakatnya dalam menulis sudah tidak diragukan lagi, maka tulisan-tulisan beliau berahasil dimuat di beberapa media massa. Bahkan beliau berhasil menjadi wartawan tetap di Radar Jogja ketika masih kuliah.

“Saya menyukai semua hal dalam pekerjaan saya sebagai seorang jurnalis, karena itu sudah menjadi panggilan jiwa bagi saya. Saya merasa senang ketika saya bisa mengungkapkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi kebijakan-kebijakan pemerintah. Ketika tulisan saya bisa diterima oleh public dan bisa mempengaruhi kebijakan pemerintah, itu artinya fungsinya sebagai alat control bagi masyarakat dan pemerintah telah tercapai” tuturnya ketika ditanya suka dukanya sebagai seorang jurnalis.

Pria yang ditemui di gedung pemerintahan provinsi DIY ini sangat menikmati pekerjaanya sebagai seorang jurnalis. Selama menjadi jurnalis beliau sudah menjelajahi berbagai tempat untuk mendapatkan berita yang bisa dinikmati oleh para pembaca. Tidak ada rasa bosan untuk menjadi seorang jurnalis karena beliau selalu menemukan hal-hal baru. Beliau sangat senang ketika bertemu dengan banyak tokoh-tokoh terkemuka dan bisa berdialog secara langsung dengan mereka karena tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama. Dengan menjadi seorang jurnalis, beliau bisa mendapatkan banyak informasi dan ilmu-ilmu baru yang tidak di dapatkannya di bangku kuliah.

SETIAP PROFESI PUNYA RESIKO

Dibalik kesuksesannya menjadi seorang jurnalis, banyak kendala yang harus dihadapinya. Ketika sudah berhasil menjadi wartawan di Radar Jogja, semangat mudanya untuk mencari hal-hal baru di dunia luar sempat membuat skripsinya terkatung-katung selama hapir tiga tahun sehingga menunda kelulusannya sebagai sarjana komunikasi di Atmajaya dan sarjana hokum di Widyamataram. Bahkan baliau pernah dihajar orang yang tidak dikenal ketika pulang dari kantor sehingga baliau mengalami luka ringan di tubuhnya.

Walaupun banyak kendala yang dihadapinya selama menjadi seorang jurnalis, beliau tidak pernah mempunyai keinginan untuk berhenti menjadi seorang juralis. Semuanya adalah pilihan dan beliau yakin bahwa setiap profesi mempunyai resiko yang harus siap ditanggung oleh pemilik profesi tersebut. Tetapi ketika kita mencintai profesi yang dimiliki, kendala-kendala yang dihadapi tidaklah menjadi masalah besar.

ESENSI MENULIS

Menulis tidaklah sulit, semua itu adalah masalah kebiasaan, semakin sering kita menulis maka kualitas tulisan itu akan semakin baik. Kebanyakan orang mengalami kesulitan untuk mengawali tulisannya, tetapi ketika sudah bisa untuk mengawalinya maka semuanya akan mengalir begitu saja.

“Tidak ada trik dan tips khusus untuk membuat tulisan yang bagus. Untuk bisa menulis yang berkualitas membutuhkan proses dan diperlukan pembelajaran yang matang dan bimbingan. Ketika proses pembelajaran berjalan dengan lancer maka kematangan akan terbentuk disitu.” Ujarnya mengakhiri wawancara. (Mlathi Paramesthi)

BIODATA

Nama : Kusno Setiyo Utomo

Tempat/Tanggal Lahir : Surakarta, 28 november 1976

Alamat : Jl. Tata bumi, Jl. Godean, Sleman.

No. Telp : 081392261914

Pendidikan : - Sarjana Komunikasi Atmajaya
- Sarjana Hukum Widyamataram

Hobi : Menulis

Tim Tawakal raih juara pertama lomba debat ENGLISHVAGANZA

Jogja, 26/05/2011

Trio Tawakal Faisal-Sus-Lia berhasil melaju ke babak final. Meski dihadang Black Hawk, Tawakal sigap meyampaikan ide-idenya di pelataran hall Kampus 2 UAD. Setelah menaklukan rival finalnya, Tawakal akhirnya resmi dianugerahi juara I lomba debat ENGLISHVAGANZA, 22 Mei 2011 lalu.

Hari Minggu yang biasanya lengang, minggu lalu riuh rendah diramaikan oleh penonton grand final lomba debat ENGLISHVAGANZA. Pasalnya, dua tim andalan tengah beradu argument dalam babak penentuan juara tersebut. Black Hawk sebagai tim afirmatif dan tawakal di bangku oposisi, berkompetisi dengan motion “THBT National Sporting Team Should Reflect The Diversity of Natinal Population”. Setelah melalui debat panjang, Tawakal akhirnya meraih juara.

Tawakal yang digawangi Faisal Abidin, Dwi Lia Rakhmasari, dan Sus Marintan dari kelas E angkatan tahun 2008 berhadapan dengan Black Hawk yang beranggotakan Tasno Iwan, Desi Ari Desi, dan Annisa Atun Sholikhah dari kelas D angkatan tahun 2009. Acara yang juga dihadiri oleh bapak Azwar Abbas, S. Pd, M. Hum ini, berlangsung meriah, berlangsung lebih dari satu jam. Tak tanggung-tanggung final round ini dinilai langsung oleh tujuh senior Deco (Debating Comunity, red) sebagai adjudicator. Tak hanya tawakal yang bergemilang tetapi Edi Irawan dari tim Beowoulf juga berjaya karena mendapat nominasi the best speaker.

“Saya senang karena bisa membawa nama kelas saya dan sangat senang ketika melihat teman-teman antusias mengikuti perlombaan dalam ENGLISHVAGANZA. Ini merupakan fenomena yang sangat jarang saya temui di PBI selama hampir tiga tahun saya berada di sini.” Kata Faisal (21) ketika ditanya perasaanya menjadi sang juara dan komentarnya mengenai ENGLISHVAGANZA.

Jalan Kemenangan Tawakal tak bisa dikatakan mulus. Tawakal harus berkompetisi dengan 15 tim lainnya untuk bisa masuk ke babak quarter final. Kesuksesan tim Tawakal tidak berhenti sampai di quarter final tetapi terus berlanjut sampai semi final dan bahkan berhasil meraih juara pertama dalam lomba debat ini.

Kompetisi debat ini hanyalah satu dari sekian agenda ENGLISHVAGANZA. Agenda ini diselenggarakan oleh EDSA UAD, di ketuai Heri Setiawan. Selain debat, EnglishVaganza meriah dengan English Quick Quiz, adzan, futsal, essay, English comic, dan fotografi kemudian ditutup dengan Prominade Night and ARThibition sebagai penghujung acara. (Mlathi)

Produk-Produk Jurnalistik

Secara umum, naskah atau tulisan dibagi ke dalam dua bagian, yakni tulisan fiksi dan nonfiksi.

Tulisan fiksi yaitu tulisan berbasis khayalan atau imajinasi, bukan fakta atau data nyata. Umumnya tulisan ini merupakan karya sastra, seperti cerita pendek, novel, puisi, dan drama.

Tulisan nonfiksi yaitu tulisan yang berbasis fakta dan data, seperti berita, artikel, feature, essay, dan resensi.

Naskah jurnalistik masuk dalam kategori nonfiksi karena ditulis berdasarkan fakta atau data peristiwa. Jadi, ciri utama naskah atau karya jurnalistik adalah nonfiksi, faktual, atau bukan hasil khayalan.

Naskah jurnalistik dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu berita (news), opini atau pandangan (views), dan karangan khas (feature).

BERITA

  1. Berita (news) adalah laporan peristiwa berupa paparan fakta dan data tentang peristiwa tersebut.
  2. Unsur fakta yang dilaporkan mencakup 5W+1H: What (Apa yang terjadi), Who (Siapa pelaku atau orang yang terlibat dalam kejadian itu), Why (Kenapa hal itu terjadi), When (Kapan kejadiannya), Where (Di mana terjadinya), dan How (Bagaimana proses kejadiannya).
  3. Ada beberapa jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, antara lain berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita opini (opinion news), dan berita foto.
  4. Struktur tulisannya terdiri dari judul (head), baris tanggal (dateline), teras berita (lead), dan isi berita (body).
  5. Prinsip penulisannya antara lain mengedepankan fakta terpenting (mode piramida terbalik, inverted pyramid), tidak mencampurkan fakta dan opini, dan berimbang (balance, covering both side).
  6. Isi berita merupakan fakta peristiwa yang benilai berita (news value), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik.

OPINI

  1. Opini adalah pendapat atau pandangan (views) yang sifatnya subjektif mengenai suatu masalah atau peristiwa yang dituangkan dalam bentuk tulisan.
  2. Jenis-jenis naskah opini antara lain artikel opini (article), kolom (column), tinjauan (essay), tajukrencana (editorial atau opini redaksi), surat pembaca (letter to the editor), karikatur, dan pojok.
  3. Isi tulisan berupa pendapat pribadi penulis berdasarkan fakta ataupun ungkapan pemikiran semata.
  4. Struktur umum tulisan opini/artikel: judul (head), penulis (by line), pembuka tulisan (opening), pengait (bridge), isi tulisan (body), dan penutup (closing).

FEATURE

  1. Feature (karangan khas) adalah laporan jurnalistik bergaya sastra (gaya penulisan karya fiksi seperti cerpen) yang menuturkan peristiwa.
  2. Isinya penonjolan segi (angle) tertentu dalam sebuah peristiwa, biasanya unsur yang mengandung segi human interest, yakni memberikan penekanan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggugah emosi —keharuan, simpati, kegembiraan, atau bahkan amarah atau kejengkelan.
  3. Mengedepankan unsur hiburan ketimbang informasi.
  4. Biasanya menggunakan “kata berona” (colorful word) untuk menambah daya tulisan.
  5. Jenis-jenis feature antara lain feature berita (news feature), feature artikel (article feature), tips (how to do it feature), feature biografi, feature perjalanan atau petualangan (catatan perjalanan), dan sebagainya.

RESENSI

  1. Resensi secara bahasa artinya “pertimbangan atau perbincangan (tentang) sebuah buku” (WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984:821).
  2. Kamus Besar Bahasa Indonesia: pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku.
  3. Berisi penilaian tentang kelebihan atau kekurangan sebuah buku, menarik-tidaknya tema dan isi buku itu, kritikan, dan memberi dorongan kepada khalayak tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki atau dibeli.
  4. Selain resensi buku, ada pula resensi film dan resensi pementasan drama.
  5. Penulis resensi disebut resensator (peresensi). M.L. Stein (1993:80) menyebut penulis resensi sebagai pengkritik (kritikus). Pendapat mereka, kata Stein, adalah penting karena kadang-kadang mereka dapat menilai apakah sebuah buku akan mencapai keberhasilan atau sebaliknya.
  6. Struktur tulisan: (1) Pendahuluan –berisi informasi objektif atau identitas buku, meliputi judul, penulis, penerbit dan tahun terbitnya, jumlah halaman, dan –bila perlu– harga. (2) Isi –ulasan tentang tema atau judul buku, paparan singkat isi buku (mengacu kepada daftar isi) atau gambaran tentang keseluruhan isi buku, dan informasi tentang latar belakang serta tujuan penulisan buku tersebut. Diulas pula tentang gaya penulisan, perbandingan buku itu dengan buku bertema sama karangan penulis lain atau buku karangan penulis yang sama dengan tema lain. (3) Penutup –peresensi menilai bobot (kualitas) isi buku tersebut secara keseluruhan, menilai kelebihan atau kekurangan buku tersebut, memberi kritik atau saran kepada penulis dan penerbitnya (misalnya menyangkut cover, judul, editing), serta memberi pertimbangan kepada pemba­ca tentang perlu tidaknya buku tersebut dibaca dan dimiliki/dibeli.

KOLOM

  1. Kolom (column) adalah sebuah rubrik khusus para pakar yang berisikan karangan atau tulisan pendek, yang berisikan pendapat subjektif penulisnya tentang suatu masalah.
  2. Rubrik khusus ini umumnya bernama asli (“Kolom”), namun ada pula media massa yang menggunakan nama lain seperti “Resonansi” (Republika), “Asal Usul” (Kompas), dan sebagainya.
  3. Penulisnya disebut kolomnis (columnist). Dalam kamus bahasa, kolomnis diartikan sebagai seorang penulis yang menyumbangkan karangan (artikel) pada suatu media massa secara tetap.
  4. Isinya hanya pendapat, berbeda dengan tulisan artikel yang berisi pendapat namun disertai tuturan data, fakta, berita, atau argumentasi berdasarkan teori keilmuan yang mendukung pendapatnya tentang suatu masalah.
  5. Nasksh kolom tidak mempunyai struktur tertentu, tapi langsung berisi tubuh tulisan, yakni berupa pengungkapan pokok bahasan dan pendapat penulisnya tentang masalah tersebut. Judulnya pun biasanya singkat saja. Bahkan, dapat hanya satu kata.

TAJUK

  1. Tajukrencana (biasa disingkat “tajuk” saja) dikenal sebagai “induk karangan” sebuah media massa.
  2. Disebut juga “Opini Redaksi”, yakni penilaian redaksi sebuah media tentang suatu peristiwa atau masalah.
  3. Merupakan “jatidiri” atau identitas sebuah media massa. Melalui tajuklah redaksi media tersebut menunjukkan sikap atau visinya tentang sebuah masalah aktual yang terjadi di masyarakat.
  4. Tajukrencana yang berupa artikel pendek dan mirip dengan tulisan kolom ini, biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau redaktur senior yang mampu menyuarakan pendapat korannya mengenai suatu masalah aktual.
  5. Sikap, opini, atau pemikiran yang disuarakan lewat tajuk adalah visi dan penilaian orang, kelompok, atau organisasi yang mengelola atau berada di belakang media tersebut.

ESAI

  1. Esai (essay) artinya (1) karangan, esei (sastra) dan (2) skripsi.
  2. KBBI mendefinisikan esai sebagai “karangan prosa (karangan bebas) yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya”.
  3. Esai dikenal di tiga dunia: jurnalistik, akademis, dan sastra/seni.
  4. Dalam konteks jurnalistik, esai adalah tulisan pendek yang biasanya berisi pandangan penulis tentang subjek tertentu.
  5. Dalam konteks akademis, esai diartikan sebagai “komposisi prosa singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu”.
  6. Struktur tulisan esai akademis atau sistematika penulisannya dibagi menjadi tiga bagian: (1) Pendahuluan (berisi latar belakang informasi yang mengidentifikasi), (2) Subjek bahasan dan pengantar tentang subjek), (3) Tubuh atau isi/pembahasan (menyajikan seluruh informasi tentang subjek), dan (4) Penutup berupa kesimpulan (konklusi yang memberikan kesimpulan dengan menyebutkan kembali ide pokok, ringkasan dari tubuh esai, atau menambahkan beberapa observasi tentang subjek).
  7. Bentuk esai dalam konteks akademis dikenal sebagai “esai formal” yang sering dipergunakan para pelajar, mahasiswa, dan peneliti untuk mengerjakan tugas-tugasnya.
  8. Di dunia sastra atau seni, esai adalah karya sastra berupa tulisan pendek berisi tinjauan subjektif penulisnya atas suatu masalah di bidang kesusastraan dan kesenian. Esai adalah tulisan berisi ulasan tentang sebuah karya sastra dan seni.
  9. Sedikitnya ada tiga jenis esai: narastif, deskriptif, dan persuasif.

TULISAN ILMIAH

  1. Tulisan ilmiah dikenal sebagai “tulisan akademis” (academic writing).
  2. Memerlukan kalimat tesis, premis, dan hipotesis, diikuti “kerangka berpikir” untuk diuraikan lagi dalam beberapa bab dengan riset mendalam.
  3. Metodologi penelitian dan deviasi mesti bisa diuraikan dengan jelas.
  4. Jenis tulisan ilmiah: disertasi, tesis, skripsi, dan artikel-artikel dalam jurnal-jurnal ilmiah.

TULISAN ILMIAH POPULER

  1. Ilmiah populer yaitu tulisan ilmiah yang ditulis dengan gaya penyajian artikel populer atau gaya jurnalistik yang mengedepankan unsur informasi, keumuman, dan mudah dimengerti.
  2. Tulisan ilmiah populer bisa juga diartikan sebagai tulisan ilmiah yang disusun dengan menggunakan bahasa jurnalistik (language of mass communication).
  3. Prinsipnya, menulis artikel ilmiah populer sama dengan menulis artikel populer biasa –proses kerja intelektual yang membutuhkan keahlian khusus (writing technique), latihan, kejelian, daya nalar, wawasan, referensi, etika, waktu, dan… kesabaran.
  4. Seperti halnya semua tulisan, artikel ilmiah populer juga menjadikan komunikasi sebagai tujuan utama.
  5. Perbedaan utama artikel biasa dengan artikel ilmiah populer utamanya dalam hal dukungan fakta dan teori. Dalam artikel biasa, penulis tidak dituntut menyertakan fakta atau teori sebagai pendukung argumentasi atau opininya.
  6. Karakter utama artikel ilmiah populer adalah opini subjektif penulis disertai fakta-data (biasanya hasil riset) dan teori pendukung tentang suatu masalah atau peristiwa.
  7. Cara dan struktur penulisan sama dengan penulisan artikel opini. Wasalam. (www.romeltea.com).*

NEWS VALUES

1. Weirdness

Hal ini terdapat dalam unsur Human Interest. Weirdness dapat diartikan keanehan atau keganjilan yang merupakan suatu hal yang tidak lazim dilakukan oleh kebanyakan orang. Hal ini diperlukan bukan untuk mencari sensasi atau mencari ketenaran belaka, namun hal ini diperlukan untuk menarik minat khalayak untuk mau menyimak berita yang disampaikan. Dengan adanya keanehan atau keganjilan ini, diharapkan khalayak memiliki rasa penasaran yang lebih dan akan mencoba menerka-nerka apa yang sebenarnya telah terjadi. Sehingga berita yang disampaikan dapat dengan cepat menyebar di kalangan khalayak umum yang haus akan berita. Namun dalam pemberitaannya, harus sefaktual mungkin dan tidak boleh dibuat-buat. Jadi tidak hanya untuk mengejar popularitas berita belaka tanpa mengindahkan aspek kenyataan, namun hal ini harus berdasarkan pada realita yang ada pada masyarakat.

2. Continuity

Continuity dapat diartikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Maksudnya adalah suatu tema berita yang disajikan harus berkelanjutan dan tidak boleh meloncat-loncat (urut). Hal ini dimaksudkan supaya berita yang disajikan dapat disimak secara baik oleh khalayak. Dengan kata lain, khalayak atau masyarakat harus merasa bosan terlebih dahulu dengan berita tersebut, baru media dapat menyiarkan berita yang baru dan lebih aktual. Bosan disini tidak berarti berita yang diangkat harus ditampilkan berulang-ulang, namun dapat dilakukan dengan sudut pandang yang berbeda. Sebagai contoh, dalam pemberitaan FIFA 2010 yang dilaksanakan di Afrika Selatan. Media olahraga sudah pasti akan memberitakan hal tersebut secara mendetail. Namun media lain juga tidak luput dalam pemberitaan acara besar ini. Media bidang wisata akan menyoroti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata yang ada di Afrika Selatan. Begitu juga dengan media-media yang lain. Namun jika acara tersebut telah usai atau sudah dinilai tidak aktual lagi berita tersebut, dapat diganti dengan berita yang baru.

3. Proximity

Proximity di sini diartikan sebagai kedekatan berita terhadap khalayak. Suatu berita akan lebih bernilai jika berita tersebut mampu menghadirkan kedekatan dengan masyarakat. Sebagai contoh, suatu berita tentang meledaknya tanki Pertamina di Cilacap akan lebih menarik bagi masyarakat Indonesia dibandingkan dengan berita tentang Perang Libya. Mengapa demikian, karena berita mengenai meledaknya tanki Pertamina di Cilacap mempunyai unsur kedekatan dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia akan lebih mudah dalam membayangkan dan memahami isi berita tersebut. Mmereka juga akan lebih tertarik dengan berita tersebut karena lokasi kejadian peristiwa tersebut lebih dekat daripada tentang Perang Libya.

4. Human Interest

Suatu berita akan menarik perhatian khalayak umum saat berita tersebut mengandung unsur kemanusiaan yang menyentuh perasaan. Misalnya berita tentang busung lapar atau penderita gizi buruk yang terjadi di Indonesia bagian timur. Berita seperti itu akan menarik perhatian masyarakat karena isi dari berita tersebut menyentuh rasa kemanusiaan khalayak umum.

5. Timeliness :

Informasi memiliki nilai ketepatan waktu jika terjadi dan diberitakan secara tepat waktu. Hal ini diperlukan agar berita itu sendiri tidak ketinggalan jaman. Karena jika suatu berita ketinggalan jaman, maka berita itu sendiri menjadi tidak bernilai jual. Namun dalam pemberitaannya, harus sefaktual mungkin dan tidak boleh dibuat-buat. Jadi tidak hanya untuk mengejar popularitas berita belaka tanpa mengindahkan aspek kenyataan, namun hal ini harus berdasarkan pada realita yang ada pada masyarakat.

6. Currency :

Informasi memiliki nilai “Currency” jika memberitakan beberapa topik umum yang sudah banyak dibicarakan oleh banyak orang. Jadi jika sebuah berita ingin benar benar menjadi sebuah berita yang mempunyai nilai jual tinggi, media sebagai pembuat berita harus benar benar paham tentang topic apa yang sedang dibicarakan oleh masyarakat umum.

7. Impact

Dampak : informasi memiliki dampak jika mempengaruhi banyak orang.

• Sebuah dampak meningkatkan pendapatan pajak yang diusulkan, misalnya, memiliki dampak, karena kenaikan pajak penghasilan akan mempengaruhi banyak orang. Pembunuhan yang sengaja dilakukan terhadap gadis seorang gadis kecil yang ditembak oleh sekelompok orang memiliki dampak juga. Meskipun hanya seorang anak yang dibunuh tapi hamper semua anak terpengharuh. Dan kebanyakan dari mereka ketakutan.

Fakta-fakta dan peristiwa yang memiliki efek besar pada penonton adalah yang paling layak diberitakan. Jumlah orang yang hidupnya akan dipengaruhi dalam beberapa cara oleh subyek cerita.
Apakah banyak orang yang terkena dampak atau hanya beberapa? Pencemaran dalam sistem air yang melayani 20.000 orang kota Anda memiliki dampak karena mempengaruhi audiens Anda secara langsung. Sebuah laporan bahwa 10 anak-anak tewas dari minum air yang tercemar di sebuah kamp musim panas di sebuah kota yang jauh memiliki dampak juga, karena penonton cenderung memiliki respon emosi yang kuat untuk cerita. Fakta bahwa pekerja-cut sebuah baris utilitas tidak berita besar, kecuali jika terjadi pemadaman listrik menyebabkan seluruh kota yang berlangsung selama beberapa jam.

8. Conflict

Konflik: informasi memiliki konflik jika melibatkan beberapa jenis perselisihan antara dua atau lebih orang. Konflik –-apalagi yang melibatkan public figure-- sering melahirkan berita bersambung, running story. Publik ingin tahu mengapa, siapa, bagaimana, dan mengapa terjadi konflik. Publik ingin tahu kelanjutan (ending) ceritanya.

Konflik ordinary people yang komunal, apalagi menelan banyak korban atau kekerasan yang khas, juga memiliki nilai berita yang tinggi.


• Ingatlah bagaimana, ketika kau masih kecil, semua orang akan lari untuk menonton melawan jika salah satu meletus di tempat bermain?

Perkelahian • memiliki drama - siapa yang akan menang? - dan mengundang mereka yang menonton untuk memilih sisi dan root untuk satu atau lebih dari kombatan.

Demokrasi • Bagus melibatkan lebih sipil - kami berharap - konflik atas sifat kebijakan publik. Itu sebabnya media membawa banyak berita politik. Wartawan melihat diri mereka sebagai memainkan peranan penting dalam debat publik yang membentuk dasar demokrasi.

9. Prominence

Suatu berita dikatakan promince jika mengenai orang terkenal oleh public. Semakin terkenal orang yang diberitakan semakin menarik berita tersebut. Misalnya:

a. Jika saya kecelakaan, tidak ada orang yang tertarik karena saya tidak terkenal. Tetapi presiden kecelakaan maka semua orang akan tertarik kaena presiden adalah orang yang terkenal.

b. Berita-berita tentang Indonesian Idol lebih akrab bagi remaja Indonesia ketimbang berita-berita tentang Piala Thomas.

10. Unexpectedness

Berita suatu peristiwa yang tidak biasa lebih menarik perhatian dibanding peristiwa yang terjadi sehari-hari. Misalnya, bencana tsunami di Aceh menghiasi halaman depan surat kabar selama lebih satu bulan. Di sana banyak drama yang mengharu biru, banyak korban jiwa, banyak cerita heroik, banjir air mata.